Kamis, 14 Juni 2012

Mendeteksi Kanker dari Tiupan Napas

Berita Terkait

Kamis, 14 Juni 2012 | 15:20 WIB

TEMPO.CO, Atlanta - Pengecekan penyakit kanker ternyata bisa dilakukan dengan cara yang sederhana, cukup meniupkan napas. Prosedur yang “ramah” ini ditemukan oleh tim ilmuwan dari Georgia Institute of Technology, Amerika Serikat, lewat sistem deteksi kanker lewat napas (cancer-detecting breathalyzer system).
Tes kanker inovasi baru ini akan mengubah paradigma lama yang masih menggunakan alat pemindai kanker berukuran besar yang tidak praktis, yakni CAT scan dan mammogram. Pasien terduga kanker cukup meniupkan napasnya lewat ujung alat yang berbentuk seperti pipa.
Alat ini pertama kali diperkenalkan di acara tahunan "American Society of Clinical Oncology" di Chicago, 2 Juni lalu. Kendati masih menunggu uji klinis resmi, alat tes kanker ini terbukti mampu mendeteksi kanker payudara dan kanker paru-paru.
Sistem ini diperkirakan akan merevolusi penanganan kanker, khususnya di Amerika, karena mampu secara drastis mengurangi biaya pencegahan dan pengobatan. Di negara lain, alat ini juga memiliki peluang besar terutama di sejumlah negara yang masih menganggap tes mammogram sebagai hal tabu.

 

 
"Alat deteksi kanker yang kompleks cenderung berbiaya mahal. Kami ingin alat yang sederhana, murah, dan cukup mudah digunakan pada rutinitas fisik," kata peneliti utama proyek ini, Charlene Bayer, dosen teknik kimia di Georgia Tech.
Bayer mengatakan alat ini bekerja dengan terlebih dulu menangkap napas pasien dalam wadah yang dirancang khusus. Lewat sistem penyimpanan berpendingin, napas pasien dalam wadah khusus ini akan tetap segar sampai 1,5 bulan. Wadah napas ini kemudian dikirim ke laboratorium. Di laboratorium, peranti sensor kimia dapat menemukan senyawa organik yang dilepaskan oleh tubuh yang terinfeksi kanker.
"Alat ini bisa mengubah cara diagnosis kanker," kata Bayer.
Bagi pasien di negara Barat, biaya dan ketidaknyamanan adalah masalah utama terkait pemeriksaan kanker. Namun, kata Bayer, tes kanker payudara menggunakan alat temuannya dapat mengurangi biaya dari US$ 800 menjadi kurang dari US$ 100. Tes ini akan menghilangkan faktor ketidaknyamanan fisik yang selama ini dikeluhkan pasien.
Di negara berkembang atau negara dengan hambatan gender yang ketat, alat tes ini mempermudah dokter yang beroperasi di pegunungan terpencil atau di tengah hutan.
Alat ini juga dapat mengatasi hambatan kebudayaan di negara-negara Timur, yang umumnya melarang tingkat keintiman fisik untuk melakukan tes seperti mammogram. Dengan tes lewat napas, seorang wanita yang mengenakan burqa bisa melakukan pemindaian penyakit kanker tanpa harus melepas pakaiannya.
Bayer mengakui alat tes kanker ini tidak memiliki akurasi sebaik alat serupa yang lebih mahal dan kompleks. Namun bukan berarti alat temuannya tidak layak digunakan. Sebaliknya, alat tes ini akan membantu menentukan apakah pasien perlu pengujian lebih lanjut menggunakan peranti yang lebih mahal sekaligus mengganggu.
“Bagi orang Amerika yang nyaris tidak bisa mendapatkan perawatan kesehatan secara layak karena mahalnya biaya, serta ratusan juta orang di negara berkembang yang memiliki sedikit akses ke teknologi pemindaian kanker, penemuan ini cukup untuk menyelamatkan nyawa," ujar Bayer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar